TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Forum
Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) menilai fungsi anggaran
DPR RI pada 2012 mulai dari pembahasan APBN sampai APBN Perubahan tak
cukup memberikan kebutuhan rakyat, sebaliknya dominan membela
pemerintah. Koordinator Formappi, Sebastian Salang menilai, saat RAPBN dari
pendapatan dan hibah, angka yang diajukan pemerintah Rp 1.292 triliun.
Setelah masuk pembahasan DPR RI, bertambah menjadi Rp 1.311 triliun. Ada
tambahan penerimaan Rp 18.4 triliun.
Dari APBN ke APBN - Perubahan angkanya kembali bertambah menjadi Rp
1.358 triliun, artinya ada penambahan Rp 46.9 triliun. Jika ditotal,
pertambahan dari RAPBN hingga APBN-P adalah Rp 65.3 triliun.
“Kita bertanya, apa memang pemerintah sengaja tak laporkan penerimaan
negara secara tak jujur saat susun RAPBN? Pemerintah dan DPR disinyalir
sengaja menutupi fakta penerimana negara sesungguhnya,” ujar Sebastian
di Jakarta, Minggu (30/12/2012). Tak ayal, peluang permainan anggaran ini menjadi lahan korupsi di
mana DPR melalui komisi-komisi di dalamnya, khususnya dalam menentukan
pengalokasian anggaran belanja pemerintah pusat, transfer daerah, dan
dana penyesuaian.
DPR juga tak terlihat memperjuangkan anggaran untuk kepentingan publik. Mereka lebih menambah belanja negara. Terlihat dalam RAPBN, pemerintah mengajukan Rp 1.418 triliun dan DPR
menambahnya Rp 1.435 triliun, dan naik lagi dalam APBN-P Rp 1.548
triliun. Yang lebih memprihatinkan, kenaikan anggaran belanja negara Rp 129.9
triliun justru dialokasikan lebih besar untuk belanja rutin Rp 71.3
triliun ketimbang belanja pembangunan Rp 65 triliun.
"Di mana posisi anggaran DPR untuk menentukan keberpihakan pada belanja
pembangunan? Patut diduga ini merupakan permainan dan konspirasi antara
DPR dan pemerintah. Lagipula DPR sampai sekarang tak pernah memberi
penilaian jelas,” tukasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar